MITOS DAN LEGENDA
Mitos merupakan merupakan simbol dari sebuah sejarah
yang diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi, yang
menceritakan tentang serangkaian peristiwa nyata dan imajiner yang menyangkut
asal-usul dan perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, kekuatan atas kodrati,
manusia, pahlawan dan masyarakat.
Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap yang
empunya cerita sebagai kejadian atau peristiwa yang sesungguhnya pernah terjadi.
Legenda seringkali dipandang sebagai
sejarah kolektif, walaupun tidak tertulis tetapi telah mengalami distorsi sehingga
seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Contoh
mitos:
a.
Bersiul pada malam hari
Banyak orang tua mengatakan jangan bersiul
pada malam hari, karena akan mengundang makhluk halus. Sebenarnya mitos ini
belum diketahui kebenarannya. Mitos ini mungkin bermaksud agar tidak bersiul
pada malam hari karena akan mengganggu orang yang sedang beristirahat.
b. Membuka
payung dalam ruangan atau rumah
Orang bilang jika membuka payung dalam
ruangan atau rumah menandakan bahwa saudara kita ada yang meninggal. mungkin
makna sebenarnya adalah jika membuka payng dalam ruangan akan mengganggu,
seperti membuat ruangan menjadi sempit dan akan mejadi kotor ketika payung
tersebut basah, dan apabila ada orang yang lewat akan terkena atau tersandung
payung tersebut.
Contoh legenda:
Batu
Golog
Legenda
dari Nusa Tenggara Barat
Pada zaman dahulu, di daerah Padamara dekat Sungai Sawing,
Nusa Tenggara Barat, hiduplah sepasang suami istri yang miskin. Si istri bernama
Inaq Lembaian dan suaminya bernama Amaq Lembaian. Setiap hari mereka pergi ke
rumah-rumah penduduk untuk mencari pekerjaan.
Pada suatu hari mereka tiba di sebuah rumah penduduk
yang tampak sibuk menumbuk padi. Inaq Lembaian menghampirinya.
“Bu, bolehkah saya ikut bekerja membantu menumbuk padi?”
“Boleh, kebetulan yang kami tumbuk cukup banyak, kau
bisa membantu kami.”
“Terima kasih Bu.” Kata Inaq Lembaian dengan hati
senang.
Ketika menumbuk padi, kedua anak Inaq Lembaian diletakan
di atas batu ceper yang tidak jauh dari tempat ia menumbuk padi. Batu itu
bernama batu golog. Tidak berapa lama, kedua anaknya berteriak-teriak
memanggilnya.
“Ibu...ibu...!”
Si Ibu menganggap anak-anaknya hanya iseng
memanggilnya. Tanpa menoleh ia meneruskan pekerjaannya. Sebenarnya batu yang
mereka duduki tiba-tiba bergerak naik ke atas. Tingginya melebihi pohon kelapa.
Kedua anak-anak itu berteriak ketakutan.
“Ibu... ibu... tolong!” jerit anaknya dari
ketinggian.
“Tunggu, ibu sedang bekerja,” ucap Inaq Lembaian.
Semakin lama, ia tidak mendengar suara teriakan
anak-anaknya. Ia berpikir sang anak pasti sudah lelap tertidur. Sementara batu
golog itu semakin lama semakin tinggi sampai menembus awan. Betapa terkejutnya
Inaq Lembaian kedua anaknya sudah tidak terlihat lagi.
Inaq Lembaian sangat bingung untuk menyelamatkan
kedua anaknya. Ia menangis dan memohon kepada Dewata untuk bisa mengambil anaknya
yang berada di atas awan. Doa Inaq Lembaian pun terkabul. Dengan sabuknya, ia
dapat memenggal batugolog cukup sekali tebasan saja. Batu golog itu terpenggal
menjadi tiga bagian. Bagian yang pertama jatuh di suat tempatsehingga
menyebabkan tanah bergetar. Tempat jatuhnya batu itu menjadi sebuah desa yang
kemudian bernama Desa Gembong. Bagian yang kedua jatuh di suatu tempat yang
kemudian tempat itu diberi nama Dasan Batu. Sedangkan, bagian ketiga batu golog
tempat yang diberi nama Montong Teker.
Batu Golog memang sudah terpecah menjadi tiga
bagian. Tapi Inaq Lembaian tidak bisa mendapatkan anaknya, karena sudah menjadi
dua ekor burung. Sang kakak berubah menjadi burung Kekuwo, sedangkan san adik
menjadi burung Kelik.
Daftar Pustaka:
Bravianingrum, Diessy Hermawati. Perbandingan
Mitos yang Terdapat pada Legenda (KO-SODATE YUUREI) (Jepang) dan Legenda
Kuntilanak (Indonesia) (Kajian Sastra Bandingan).University of Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang.
Angelia, Yustitia. Tanpa Tahun. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Jombang:
Lintas Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar