A.
PROSA LAMA DAN PROSA BARU
Prosa adalah jenis
tulisan biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam
dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru.
a.
Prosa Lama
Prosa lama merupakan karya sastra
yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Mula-mula karya
sastra prosa lama timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum
dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke
indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan. Sejak itulah babak-babak
sastra pertama dalam rentetan sastra indonesia mulai ada. Adapun bentuk-bentuk
sastra prosa lama adalah :
·
Hikayat, berisikan cerita kehidupan para
dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan
gaib.
·
Sejarah, adalah salah satu bentuk prosa
lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah.
·
Kisah, adalah cerita tentang cerita
perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain.
·
Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat
khayal.
b.
Prosa Baru
Prosa baru adalah
karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Karya-karya prosa yang dihasilkan oleh masyarakat baru Indonesia mulai fleksibel
dan bersifat universal, ditulis dan dilukiskan secara lincah serta bisa
dinikmati oleh lingkup masyarakat yang lebih luas. Bentuk-bentuk prosa baru,
antara lain :
·
Roman,
berisi cerita tentang kehidupan manusia yang dilukiskan seeara terperinci atau
detail.
·
Cerpen,
adalah karangan pendek yang berbentuk naratif yang mengisahkan sepenggal
kehidupan manusia yang penuh pertikaian, mengharukan atau menyenangkan, dan
mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
·
Novel,
karangan imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas probematika kehidupan
manusia atau beberapa orang tokoh.
·
Otobiografi,
berisi kisah cerita tentang pribadi si pengarang sendiri, mengenai pengalaman
hidupnya sejak kecil hingga dia dewasa.
·
Biografi,
berisi suatu kisah atau cerita tentang pengalaman hidup seseorang dari kecil
hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia yang ditulis oleh orang lain.
·
Essay,
karangan yang berupa kupasan tentang suatu hasil karya sastra, kesenian, atau
bidang kebudayaan yang dilakukan oleh seorang ahli di bidangnya.
·
Kritik,
kupasan tentang satu karya sastra, kesenian, serta bidang kebudayaan yang
ditulis oleh seorang ahli dengan menekankan pada fakta yang objektif.
B.
BIOGRAFI DAN OTOBIOGRAFI
a.
Biografi
Biografi
merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat
dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat
berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu
buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang
fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang
panjang meliputi, informasi-informasi
penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan
gaya bercerita yang baik. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan
seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal.
b.
Otobiografi
Otobiografi adalah biografi yang
ditulis oleh seorang tokoh tentang perjalanankehidupan pribadi yang dialaminya.
Umumnya ditulis dimulai dari masa kecil sampai waktuyang ditentukan oleh
penulis itu sendiri.Penulis autobiografi umumnya didasarkan padamemori sang
penulis.
C.
CONTOH BIOGRAFI
Ki
Nartosabdo
Ki
Nartosabdo yang memiliki nama asli Soenarto (Lahir di Klaten, 25 Agustus 1925
meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985 pada umur 60 tahun) adalah seorang
seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia.
Ki Nartosabdo merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo.
Kehidupan masa kecilnya yang serba kekurangan membuat Soenarto putus sekolah
dalam pendidikan formalnya, yaitu Standaard School Muhammadiyah atau SD
5 tahun. Kehidupan ekonomi yang serba sulit membuat Soenarto bekerja membantu
pendapatan keluarga melalui bakat seni yang ia miliki. Antara lain ia pernah
menjadi seorang pelukis, dan juga pemain biola dalam orkes keroncong Sinar
Purnama. Bakat seni tersebut semakin berkembang ketika Sunarto dapat
melanjutkan sekolah di Lembaga Pendidikan Katolik.
Pada tahun
1945 Soenarto berkenalan dengan pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo,
yaitu Ki Sastrosabdo. Sejak itu ia mulai mengenal dunia pedalangan di mana Ki
Sastrosabdo sebagai gurunya. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi
baru bagi grup tersebut, Soenarto memperoleh gelar tambahan "Sabdo"
di belakang nama aslinya. Gelar itu diterimanya pada tahun 1948, sehingga sejak
saat itu namanya berubah menjadi Nartosabdo.
Meskipun
berasal dari Jawa Tengah, namun Ki Nartosabdo muncul pertama kali sebagai
dalang justru di Jakarta, tepatnya di Gedung PTIK yang disiarkan secara
langsung oleh RRI pada tanggal 28 April 1958. Lakon yang ia tempilkan saat itu
adalah Kresna Duta. Pengalaman pertama mendalang tersebut sempat membuat
Ki Narto panik di atas pentas karena pada saat itu pekerjaannya yang
sesungguhnya ialah pengendhang grup Ngesti Pandowo.
Penampilan
perdana itu langsung mengangkat nama Ki Narto. Berturut-turut ia mendapat
kesempatan mendalang di Solo, Surabaya, Yogya, dan seterusnya. Lahir pula
cerita-cerita gubahannya, seperti Dasa Griwa, Mustakaweni, Ismaya
Maneges, Gatutkaca Sungging, Gatutkaca Wisuda, Arjuna
Cinoba, Kresna Apus, dan Begawan Sendang Garba. Semua itu ia
dapatkan karena banyak belajar sendiri, tidak seperti dalang lain yang pada
umumnya lahir dari keturunan dalang pula, atau ada pula istilah dalang kewahyon
(mendapat wahyu).
Karena
sering mementaskan lakon carangan Ki Narto pun sering mendapat banyak
kritik. Ia juga dianggap terlalu menyimpang dari pakem, antara lain
berani menampilkan humor sebagai selingan dalam adegan keraton yang biasanya
kaku dan formal. Gebrakannya dalam memasukkan gending-gending ciptaannya
membuat banyak dalang senior yang memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu
kota memboikot hasil karyanya. Namun kritikan-kritikan tersebut tidak
membuatnya gentar, justru semakin banyak berkarya. Meskipun demikian dukungan
juga mengalir antara lain dari dalang-dalang muda yang menginginkan pembaharuan
di mana seni wayang hendaknya lebih luwes dan tidak kaku.
Selain
sebagai dalang ternama, Ki Narto juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa
yang sangat produktif. Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang
ia dirikan, lahir sekitar 319 buah judul lagu (lelagon) atau gending,
antara lain Caping Gunung, Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci
Ucul, Prau Layar, Ngundhuh Layangan, Aja Diplèroki,
dan Rujak Jeruk.
Karir :
·
Pembuat seruling
·
Pengantar susu
·
Pengusaha wayang kulit
·
Pemain Group Wayang Orang Ngesti Pandowo
·
Pemimpin
Grup Wayang Orang Ngesti Pandowo
·
Dalang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar